BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kajian wacana dalam bahasa Indonesia selalu berkaitan
dengan penggunaan pemarkah tertentu. Salah satu pemarkah yang sering muncul
dalam wacana bahasa Indonesia adalah pemarkah –nya.
Dalam tataran wacana, perilaku gramatikal pemarkah –nya dapat merupakan kata ganti orang
ketiga tunggal yang disebut pronomina persona ketiga tunggal. Hal tersebut
dapat dilihat dari contoh kalimat berikut. (1) Budi sangat kesal karena nasinya
dimakan kucing. (2) Abdullah yang
menjabat sebagai ketua BEM FKIP Universitas Mataram, mempunyai aturan yang
sangat ketat setiap mengadakan rapat. Jika ada yang melanggar, maka harus
membayar denda kepadanya. Dari
contoh kalimat (1) dan (2) tersebut, dapat dipahami bahwa dalam tataran wacana,
pemarkah –nya berfungsi sebagai pengacu.
Pengacuan dalam wacana disebut referensi. Referensi merupakan penggunaan kata atau frasa untuk
menunjuk atau mengacu kata, frasa, atau mungkin juga satuan gramatikal yang
lain. Dengan kata lain, referensi dari sebuah kalimat sebenarnya ditentukan
oleh si pembicara atau si penulis. Kita sebagai pembaca atau pendengar hanya
dapat menerkah apa yang dimaksud (direferensikan) oleh si pembicara atau si
penulis.
Selain sebagai referensi berkategori pronomina persona
yang mengacu pada orang yang dibicarakan, pemarkah –nya juga mengacu pada anteseden yang berkategori sebagai nomina.
Contoh: (3) OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK. Lembaga
itu mulai menjalankan fungsinya untuk mengawasi IKNB dan pasar modal per 1
Januari 2013 serta mengambil alih fungsi pengawasan bank dari Bank Indonesia
per 1 Januari 2014. (Kompas, 8 Maret 2014). Pemarkah –nya pada kata fungsinya dalam wacana (3) tersebut
mengacu pada OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
yang berkategori sebagai nomina.
Fenomena yang lain tentang pemarkah –nya sebagai referensi adalah pemarkah –nya yang acuannya berkategori sebagai kata kerja atau verba.
Contoh: (4) Menembak merupakan kegiatan
yang memerlukan konsentrasi tinggi agar bisa mengenai sasaran dengan tepat.
Setiap orang yang ingin melakukannya
dengan baik, maka harus melatih pernafasan serta kesabaran terlebih dahulu. Pemarkah
–nya pada kata melakukannya dalam wacana (4) tersebut
mengacu pada kata menembak yang
berkategori sebagai kata kerja atau verba.
Selain itu, fenomena yang lain tentang pemarkah –nya sebagai referensi adalah –nya
yang mengacu pada sesuatu yang tidak terdapat dalam teks atau acuannya
berada di luar teks. Contoh: (5) sebenarnya kedatangan seekor kucing
yang kemudian ia beri nama Lora itu, benar-benar telah membuat hidupnya lebih berwarna. Dulu, ia terbiasa
duduk-duduk sendirian di ujung tangga menuju gudang sambil bernyanyi-nyanyi
kecil atau hafalan surat-surat pendek yang diwajibkan oleh bu ustadzah tanpa
teman seorang pun. (Dikutip dari
cerpen: Virus Lora). Pemarkah –nya pada kata hidupnya dalam wacana (5) tersebut,
mengacu pada sesuatu yang tidak
terdapat dalam teks atau acuannya berada di luar teks.
Dari
beberapa fenomena pemarkah –nya di
atas, peneliti tertarik untuk mengkaji dan menganalisis lebih lanjut tentang
pemarkah –nya dalam wacana bahasa
Indonesia. Selain itu, penelitian tentang Pemarkah
–nya sebagai Referensi dalam Wacana Bahasa Indonesia, sejauh penelusuran penulis belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian ini juga berimplikasi
kepada pembelajaran struktur kebahasaan bahasa Indonesia di sekolah, yaitu pada
pembelajaran struktur teks seperti yang tercantum dalam kurikulum 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalahnya sebagai
berikut.
1.
Bagaimanakah pemarkah –nya sebagai referensi dalam wacana bahasa Indonesia?
2.
Bagaimanakah implikasi pemarkah –nya dalam wacana bahasa Indonesia
dengan pembelajaran struktur kebahasaan bahasa Indonesia di sekolah?
1.3 Tujuan Penelitian
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam rumusan masalah, penelitian ini
bertujuan untuk:
1.
mendeskripsikan pemarkah -nya sebagai referensi dalam wacana bahasa Indonesia.
2.
mendeskripsikan implikasi pemarkah –nya sebagai referensi dalam wacana bahasa Indonesia dengan
pembelajaran struktur kebahasaan bahasa Indonesia di sekolah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari
hasil penelitian ini mencakup dua hal, yaitu secara teoritis dan praktis.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu kebahasaan dalam pengembangan teori kebahasaan. Selain itu,
diharapkan menjadi sumber informasi tentang pemarkah –nya sebagai referensi dalam struktur kebahasaan serta kaitannya
dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Manfaat praktis dari penelitian
ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsi pada pembinaan dan pengembangan
bahasa. Selain itu, diharapkan menjadi masukan bagi penyusun buku dan
sejenisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN
TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian yang
relevan dengan penelitian ini sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu,
baik penelitian tentang perilaku lingual, penelitian tentang pemarkah, maupun
penelitian tentang wacana bahasa Indonesia. Akan tetapi, penelitian tentang
pemarkah –nya sebagai referensi dalam wacana bahasa Indonesia, sejauh
penelusuran penulis, belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian yang
relevan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut.
Penelitian yang relevan dengan
penelitian ini dari segi wacana antara lain penelitian yang dilakukan Purwati
(2010) Universitas Muhammadiyah Mataram dalam skripsienya yang Berjudul Kohesi Wacana Iklan Undian Berhadiah Media
Masa Cetak. Berdasarkan analisis sarana kohesi, baik leksikal maupun
gramatikal dan sifatnya dalam wacana iklan undian berhadiah, dapat ditarik
simpulan bahwa kekohesifan wacana iklan undian berhadiah diwujudkan oleh
beberapa sarana kohesi. Sarana kohesi leksikal yang ditemukan yaitu repetisi,
kolokasi, dan hiponim. Adapun sarana kohesi gramatikal yang ditemukan ada tiga,
yaitu konjungsi, pronomina, dan elipsis. Sifat relasi dalam wacana iklan undian
berhadiah yang ditemukan meliputi relasi koreferensi, koklasifikasi, dan koekstensi.
Pada tahun 2012, Fitrianty
dalam skripsinya Universitas Mataram yang berjudul Analisis Referensi dalam Rubrik Tajuk Rencana pada Surat Kabar Kompas
(Kajian Wacana Bahasa Indonesia) serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Bahasa di SMP. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dalam wacana
tajuk rencana pada surat kabar kompas ditemukan bentuk referensi (acuan) yaitu,
referensi pronomina persona, referensi pronomina (pengganti anteseden),
referensi demonstrativa, dan referensi komparatif. Sedangkan berdasarkan letak
acuannya, referensi dibagi menjadi bentuk endofora dan eksofora. Endofora
terbagi atas anafora dan katafora. Dalam penelitian ini juga menyimpulkan bahwa
fungsi pengacuan (referensi) dalam wacana tulis ialah sebagai pengganti anteseden
(acuan), baik berupa orang/insan maupun hal/benda.
Penelitian yang relevan dari
segi penelitian perilaku lingual pemarkah adalah penelitian yang dilakukan oleh
Jasmin (2004) Universitas Mataram dalam skripsinya Perilaku Satuan Lingual Ra sebagai Kata Penghubung Dan
dalam Bahasa Bima. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa secara
gramatikal satuan lingual Ra
mempunyai tiga perilaku, yaitu kemampuan berkonstruksi baik dalam frase,
kalimat maupun antar kalimat. Sedangkan bentuk perilakunya adalah menghubungkan
unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam satuan bahasa (frase dan kalimat).
Unsur-unsur itu terdiri dari unsur yang sama jabatannya, yang dihubungkan
dengan kata penghubung setara dalam frase atau klausa-klausa endosentrik yang
koordinatif atau yang setara.
Penelitian lain tentang
perilaku lingual yaitu yang dilakukan oleh Hilmiati (2005) Universitas Mataram,
dengan judul Perilaku Sintaksis Konjungsi
dalam Bahasa Rempung. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah
perilaku sintaksis konjungsi di dalam bahasa Rempung memiliki tiga bentuk,
yaitu konjungsi koordinatif sebagai konjungsi yang memiliki status sintaksis
yang sama. Bentuk kedua, yaitu konjungsi subordinatif sebagai konjungsi yang
memiliki status sintaksis yang tidak sama. Bentuk ketiga, yaitu konjungsi
korelatif yang di dalamnya terdapat perbedaan dari dua bentuk konjungsi yang
telah disebutkan tersebut. Perbedaannya adalah unsur yang dihubungkan itu
terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frasa atau klausa. Di
dalam setiap bentuk perilaku sintaksis konjungsi dalam bahasa Rempung, memiliki
bagian masing-masing berdasarkan peranan dan maknanya. Di dalam konjungsi
koordinatif terdapat tiga peran, yaitu, konjungsi pemilihan yang ditandai
dengan adanya kata ato dan apa pada klausa yang dihubungkan;
konjungsi penjumlahan ditandai dengan adanya kata keq ‘dan’ pada klausa yang dihubungkan; konjungsi perlawanan pada
kata lagun atau laguq ‘tetapi’. Bentuk kedua yaitu konjungsi subordinatif yang
ditandai dengan duabelas hubungan makna, di antaranya, sebab, waktu,
perbandingan, syarat, tak bersyarat, pengandaian, harapan, tujuan, isi, lebih,
dan akibat. Keduabelas hubungan itu ditandai dengan kata-kata sesuai dengan
hubungan yang dijelaskan dalam konjungsi tersebut.
Persamaan penelitian-penelitian
di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang teks wacana,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Purwati dan Fitriyanti; sama-sama
mengkaji tentang perilaku lingual, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Jasmin dan Hilmiati. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian di atas adalah penelitian ini memfokuskan pada analisis
pemarkah –nya pada tataran wacana
yang pada dasarnya berfungsi sebagai pengacu (referensi), dengan tujuan mengetahui
kategori acuan dari pemarkah –nya
tersebut. Selain itu, sejauh penelusuran peneliti, penelitian ini juga belum
pernah diteliti sebelumnya.
2.2 Landasan Teori
Adapun teori yang dianggap
relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.2.1
Pengertian Pemarkah
Kata pemarkah adalah
bentuk serapan dalam bahasa Inggris yaitu marker
yang berarti penanda. Kata marker ini selanjutnya mengalami
penyesuaian pelafalan dalam bahasa Indonesia menjadi markah (Mulyono, 2012:68). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 2013:364) menyatakan bahwa markah itu
sendiri adalah tanda. Jadi pemarkah adalah penanda bahasa.
2.2.2
Pemarkah –nya
Pemarkah –nya
pada dasarnya merupakan morfem terikat. Dikatakan demikian karena bentuk –nya baru mempunyai arti setelah terikat
dengan morfem lain. Secara gramatikal ada beberapa morfem yang tidak dapat
berdiri sendiri tetapi mempunyai sifat bebas. Morfem-morfem tersebut antara
lain: pada, kepada, dari, walaupun, ku,
mu, dan nya, (Yasin,
1988:26). Beberapa morfem tersebut
secara gramatikal bersifat bebas (berdiri sendiri), tetapi dalam ucapan atau
dalam pemakaian kalimat tidak pernah berdiri sendiri dan tidak memiliki arti
sebelum terikat dengan bentuk lain. Oleh karena itu, morfem-morfem tersebut
digolongkan dalam bentuk morfem setengah bebas.
Secara gramatikal, pemarkah –nya dapat merupakan pronomina persona yang dipakai untuk mengacu
pada orang yang dibicarakan atau disebut dengan pronomina persona ketiga
tunggal (Alwi, 2014:256). Contoh: Rudi tak kenal lelah dalam menacari uang, walaupun setiap hari dia bekerja
dari pagi sampai malam. Hal itu dilakukannya
untuk membiayai keperluan keluarganya. Pemarkah –nya pada kata dilakukannya
dalam wacana tersebut berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga tunggal atau
pronomina persona ketiga tunggal, yang mengacu pada Rudi.
Pemarkah –nya
juga berfungsi untuk menyatakan milik atu disebut dengan pronomina posesif.
Contoh: Dayat membeli motor.
Motornya bermerek yamaha.
Pemarkah –nya pada kata motornya dalam wacana tersebut berfungsi
untuk menyatakan milik atau pronomina posesif yang mengacu pada Dayat. Pemarkah
–nya tersebut memberi makna bahwa
motor tersebut miliknya Dayat.
Persona ketiga dalam bentuk –nya juga dipakai untuk mengubah kategori suatu verba menjadi
nominal. Bila –nya dilekatkan pada
verba, baik verba aktif maupun pasif, verba tersebut berubah kategorinya
menjadi nominal, seperti datangnya,
perginya, ditundanya, dan tertangkapnya
(Alwi dkk, 2014:263).
Persona ketiga –nya juga dipakai
untuk subjek dalam kalimat topik-komen. Contoh: (1) rumah kami atapnya bocor. (2) para
petani sawahnya diserang hama wereng. Rumah kami dan para petani adalah topik pada kalimat tersebut, sedangkan atap
dan sawah adalah subjek. Dalam
kalimat topik-komen seperti ini, subjeknya harus ditandai dengan pronomina –nya. Perlu diperhatikan bahwa –nya ini dipakai untuk topik yang
tunggal dan tak bernyawa (rumah), dan
jamak bernyawa (para petani).
Dalam wujud –nya, pronomina
sering juga dipakai hanya sebagai penanda ketakrifan suatu nomina atau nominal (Alwi
dkk, 2014:264). Contoh: (1) kemarin pak
Ali membeli mobil. Bannya baru. (2) Tadi
pagi pak Harto meninggal dunia. Jenazahnya akan dimakamkan di Jakarta. Kalimat-kalimat
tersebut kalau diperhatikan dengan cermat akan tampak bahwa ada perikutan
makna. Pada kata mobil mempunyai perikutan makna antara lain, adanya ban,
mesin, rem, dan jok. Benda-benda tersebut merupakan bagian wajib dari suatu
mobil.
Apabila suatu konsep telah disajikan, bagian wajib dari konsep tersebut
harus dianggap takrif. Wujud ketakrifan ini adalah –nya. Karena pada contoh (1) di atas, mobil telah dinyatakan, maka ban yang dianggap bagian wajib dari
mobil, harus dianggap takrif. Oleh karena itu, -nya harus dipakai “Bannya
baru.” Perikutan makna yang ditandai dengan –nya
ini bisa sangat luas. Verba meninggal
mengikutsertakan makna adanya jenazah. Oleh karena itu, jenazah harus dianggap takrif dan ditandai dengan –nya seperti pada contoh (2) di atas.
Dalam tataran wacana, pemarkah –nya berfungsi sebagai pengacu. Pengacuan dalam wacana disebut
referensi. Dalam wacana lisan atau tulisan terdapat berbagai unsur seperti:
pelaku perbuatan, penderita, perbuatan, pelengkap perbuatan, perbuatan yang
dilakukan oleh pelaku, dan tempat perbuatan. Unsur itu seringkali diulang-ulang
untuk mengacu kembali atau untuk memperjelas makna. Oleh karena itu, pemilihan
kata serta penempatannya harus benar, sehingga wacana tadi tidak hanya kohesif,
tetapi juga koheren. Dengan kata lain, referensinya atau pengacuannya harus
jelas. Hal tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut.
Rini duduk
termenung di halaman parkiran kampus FKIP Universitas Mataram. Wajahnya sayu
dan matanya tergenang oleh air mata kepedihan. Kata hinaan dari teman-teman
kampusnya telah menyobek-nyobek kepingan hatinya yang makin hari makin menipis.
Pemarkah –nya pada kata wajahnya,
matanya, dan hatinya
dalam wacana di atas mengacu pada Rini. Hal
tersebut menjelaskan bahwa pemarkah –nya dalam
wacana berfungsi sebagai pengacu atau disebut dengan referensi.
2.2.3
Kelas Kata
Istilah lain yang biasa dipakai untuk klasifikasi kata
adalah penggolongan kata, atau penjenisan kata; dalam peristilahan bahasa
Inggris disebut juga part of speech. Para
tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi.
Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan
adjektifa. Sementara itu, fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi,
konjungsi, adverbia, pronomina, dan lain-lainnya (Abdul Chaer, 2007:166).
Dalam hal pemarkah –nya
sebagai referensi, klasifikasi kata merupakan kelas-kelas kata atau kategori
kata yang menjadi acuan dari pemarkah –nya.
Adapun kelas kata atau kategori kata adalah sebagai berikut.
a.
Pronomina
Jika ditinjau dari segi artinya pronomina adalah kata
yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Nomina perawat dapat diacu dengan pronomina ia atau dia. Bentuk –nya pada Meja itu kakinya tiga, mengaacu ke kata meja. Jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa
pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek,
objek, dan predikat. Ciri lain yang dimiliki pronomina ialah bahwa acuannya
dapat berpindah-pindah karena bergantung kepada siapa yang menjadi
pembicara/penulis, siapa yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang
dibicarakan (Alwi dkk, 2014:256).
Macam-macam
pronomina dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.
Pronomina Persona
Pronomina persona adalah ponomina yang dipakai untuk mengacu
pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina
persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona
kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga)
(Alwi, 2014:256).
2.
Pronomina Penunjuk
Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam,
yaitu (1) pronomina penunjuk umum yang terdiri dari kata ini, itu, dan anu. (2)
pronomina penunjuk tempat yang terdiri dari kata sini, situ, atau sana. (3) pronomina penunjuk ikhwal yang terdiri
dari kata begini dan begitu (Alwi dkk, 2014:267)
3.
Pronomina Penanya
Pronomina penanya merupakan pronomina yang dipakai
sebagai pemarkah pertanyaan, seperti siapa,
apa, mana, mengapa, kenapa, kapan, di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, dan
berapa (Alwi dkk, 2014:272)
4.
Pronomina Kepunyaan (Pronomina
Posesif)
Kata
ganti kepunyaan adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam
kedudukan sebagai pemilik: -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka.
Sebenarnya pembagian ini dalam bahasa Indonesia tidak diperlukan sebab yang
disebut kata ganti kepunyaan itu sama saja dengan kata ganti orang dalam
fungsinya sebagai pemilik. Dalam fungsinya sebagai pemilik ini, kata-kata
tersebut mengambil bentuk-bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang
kata-kata yang diterangkannya.
Bentuk-bentuk ringkas
ini yang diletakkan di belakang sebuah kata disebut enklitis .
Bentuk enklitis ini dipakai juga untuk menunjukkan fungsi kata ganti orang,
bila kata ganti orang itu menduduki jabatan obyek atau mengikuti suatu kata
depan, misalnya padaku, padamu, padanya, bagiku, bagimu, baginya, dan
lain-lain. Apabila bentuk-bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata
disebut proklitis, misalnya kupukul, kaupukul.
b.
Nomina
Nomina, yang sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi,
yakni segi semantis, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantis,
nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau
pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru,
kucing, meja, dan kebangsaan adalah
nomina. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri tertentu.
1.
Dalam kalimat yang
kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek,
objek, atau pelengkap.
2.
Nomina tidak dapat
diingkarkan dengan kata tidak. Kata
pengingkarnya ialah kata bukan.
3.
Nomina umumnya
dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh
kata yang.
Nomina dari segi bentuk morfologisnya, nomina terdiri
atas dua macam, yakni (1) nomina yang berbentuk kata dasar, yaitu nomina yang
hanya terdiri atas satu morfem. (2) Nomina turunan yaitu penurunan nomina yang
dilakukan dengan afiksasi, perulangan, atau pemajemukan (Alwi dkk, 2014:221)
c.
Verba
Ciri-ciri verba dapat diketahui dengan mengamati perilaku
semantis, perilaku sintaksis, dan bentuk morfologisnya. Namun, secara umum
verba dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama
dari adjektiva karena ciri-ciri berikut.
1.
Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat
dalam kalimat.
2.
Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses atau keadaan yang
bukan sifat atau kualitas.
3.
Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’.
4.
Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan
makna kesangatan.
d.
Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang
lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif.
Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggoataan dalam suatu
golongan. Contoh kata pemeri kualitas atau keanggotaan dalam
suatu golongan itu ialah kecil, berat,
merah, bundar, gaib, dan ganda.
Selanjutnya adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial
kalimat. Fungsi predikatif dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu keadaan.
Adjektiva juga dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat kualitas dan
tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat kualitas
ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat
dan agak disamping adjektiva.
Tingkat bandingan dinyatakan antara lain oleh pemakaian kata lebih dan paling di muka adjektiva (Alwi dkk, 2014:177).
e.
Numeralia
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai
untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep.
Frasa seperti lima hari, setengah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung numeralia, yakni masing-masing lima, setengah, ketiga, dan beberapa.
Pada dasarnya dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia: (1) numeralia
pokok, yang memberi jawab atas pertanyaan “berapa?” dan (2) numeralia tingkat,
yang memberi jawab atas pertanyaan “yang keberapa?” Numeralia pokok juga
disebut numeralia kardinal, sedangkan numeralia tingkat disebut pula numeralia
ordial (Alwi dkk, 2014:281)
f.
Adverbia
Dilihat dari tatarannya, perlu dibedakan adverbia dalam
tataran frasa dan adverbia dalam tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia
adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Pada contoh
berikut terlihat bahwa adverbia sangat
menjelaskan verba mencintai, adverbia
selalu menjelaskan adjektiva sedih, dan adverbia hampir menjelaskan adverbia selalu.
(1)
a. Ia sangat mencintai istrinya.
b. Ia selalu sedih mendengar lagu
itu.
c. Kami hampir selau dimarahinya
setiap pagi.
Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan
fungsi-fungsi sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan
adverbia itu berfungsi sebagai predikat. Adverbia juga dapat menerangkan kata
atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Itulah sebabnya ada
sejumlah adverbia yang selain dapat menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia
lain, juga dapat menerangkan nomina dan frasa preposisional. Karena pronomina
dan numeralia dari segi kategori sangat erat keterkaitannya dengan nomina, maka
adverbia pun dapat pula mewatasi atau menjelaskan pronomina dan numeralia.
(2)
a. Guru saja tidak dapat menjawab
pertanyaan itu.
b. Ia merokok hampir lima bungkus
sehari.
c. Saya mau bertemu dengan beliau saja.
A.
“Kau suka nyanyi?”
B. “Ya, tapi hanya di kamar mandi.”
Pada
contoh di atas, adverbia saja
menjelaskan guru yang berfungsi
sebagai subjek; adverbia hampir
menjelaskan lima bungkus yang
berfungsi sebagai objek; adverbia saja
menjelaskan dengan beliau yang
berfungsi sebagai pelengkap; sedangkan di
kamar mandi, yang merupakan keterangan, dijelaskan oleh adverbia hanya. Kalau dilihat dari segi
kategorinya, guru merupakan nomina, lima bungkus frasa numeralia, sedangkan dengan beliau dan di kamar mandi merupakan frasa preposisional. Dengan demikian, yang
dapat dijadikan patokan sebagai ciri adverbia tidak hanya fungsi kata atau
bagian kalimat yang diterangkannya tetapi juga kategorinya (Alwi dkk,
2014:203).
g.
Preposisi
Jika ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi yang
juga disebut kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di
depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Dalam frasa pergi ke pasar, misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara
pergi dan pasar.
Jika ditinjau dari perilaku sintaksisnya, preposisi
berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frasa yang
dinamakan frasa preposisional. Dengan demikian, dapat terbentuk frasa
preposisional seperti ke pasar, sampai
penuh, dan dengan segera.
Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua
macam, yaitu preposisi tunggal dan preposisi gabungan. Preposisi tunggal adalah
preposisi yang hanya terdiri atas satu kata, misalnya di, ke, dari, dan pada.
Sedangkan preposisi gabungan merupakan preposisi yang berdampingan, misalnya daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab,
sampai ke, sampai dengan, dan selain
dari. (Alwi dkk, 2014:294)
h.
Konjungtor
Konjungtor atau kata sambung adalah kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan
frasa, atau klausa dengan klausa. Macam-macam kata sambung antara lain: dan, atau, serta, sedangkan, kalau,
meskipun, dan walaupun (Alwi dkk,
2014:302).
i.
Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan
rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati sperti rasa kagum, sedih,
heran, kesal, kaget, jijik, dan lain-lain. Beberapa contoh interjeksi antara
lain: brengsek, sialan, astaga, asyik,
hai, aduh, dan halo (Alwi dkk,
2014:309).
j.
Artikula
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Dalam bahasa Indonesia ada kelompok artikula: (1) yang bersifat gelar, seperti sang, sri, hang, dan dang. (2) yang mengacu ke makna
kelompok, seperi para guru, para petani, dan
para ilmuan. (3) yang menominalkan,
seperti si pada si miskin, si hitam, si Ali, si terdakwa, dan lain-lain. (Alwi dkk,
2014:311)
k.
Partikel Penegas
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak
tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang
diiringinya. Ada empat macam partikel penegas: -kah, -lah, -tah, dan pun.
Tiga yang pertama merupakan klitika, sedangkan yang keempat tidak (Alwi dkk,
2014:313)
2.2.4
Wacana
Banyak orang menduga bahwa satuan bahasa yang terlengkap
adalah kalimat. Dugaan itu tentu saja tidak benar sebab sebuah kalimat
bagaimanapun bentuknya pasti menjadi bagian dari sebuah wacana, baik wacana
lisan maupun wacana tertulis. Sebuah wacana utuh merupakan suatu gambaran hasil
kemampuan seseorang (penyusunnya) dalam berbahasa.
Alwi (2014:41) menjelaskan bahwa wacana adalah rentetan
kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu. Rentetan kalimat dapat membentuk wacana karena dari
rentetan itu terbentuk suatu makna yang serasi.
Pemahaman bahwa wacana merupakan suatu bahasa yang
terlengkap dan merupakan satuan tertinggi dalam suatu hierarki gramatikal,
adalah pemahaman yang berasal dari pernyataan, wacana (discourse) adalah satuan
bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang
utuh (novel, buku seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, frase
bahkan kata yang membawa amanat yang lengkap. (Kridalaksana, 2001 dalam
Fitrianty, 2012:8).
(Badudu, 2000 dalam Fitrianty, 2012:8) mengatakan bahwa
wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi
yang satu dengan yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah
makna yang serasi diantara kalimat-kalimat tersebut, kesatuan bahasa terlengkap
dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan
kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal serta akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Menurut (Alex Sobur, 2007 dalam Fitrianty, 2012),
menyatakan bahwa wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang
mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis,
dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental
bahasa.
Pendapat para ahli bahasa tentang wacana mengingatkan
kita pada pemahaman bahwa wacana adalah: (1) perkataan, ucapan, tutur yang
merupakan satu kesatuan; (2) keseluruhan tutur. Dalam hal ini, wacana
digambarkan wujudnya dengan keseluruhan tutur yang menggambarkan muatan makna
(semantik) yang didukung wacana. Bila kita menyimak pendapat Edmonson di dalam Spoken Discourse: A Model for Analysis (1981),
wacana adalah satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku
linguistik (bahasa) atau yang lainnya (Edmonson, 1981:4 dalam Djajasudarma,
1994:2). Di sini wacana terikat dengan peristiwa yang terstruktur, dan lebih
jauh dijelaskan pula bahwa teks adalah urutan-urutan ekspresi linguistik yang
terstruktur membentuk keseluruhan yang padu uniter. Dengan demikian, di dalam
hal ini penulis wacana membedakan wacana yang terikat peristiwa (urutan
ekspresi linguistik yang membentuk keseluruhan yang padu (uniter) dari teks
terstruktur. (Djajasudarma, 1994:3).
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar
di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan
secara lisan atau tertulis ini dapat berupa ucapan lisan dan dapat juga berupa
tulisan, tetapi persyaratannya harus dalam satu rangkaian dan dibentuk oleh
lebih dari sebuah kalimat.
2.2.5
Referensi ( Endofora dan
Eksofora )
Secara tradisional referensi berarti hubungan antara kata
dengan benda. Kata buku mempunyai referensi (tunjukan) kepada sekumpulan kertas
yang terjilid untuk ditulis atau dibaca.
Pada analisis wacana referensi itu dianggap sebagai
tindak tanduk dari pembicara atau si penulis. Dengan kata lain, referensi dari
sebuah kalimat sebenarnya ditentukan oleh si pembicara atau si penulis. Kita
sebagai pembaca atau pendengar hanya dapat menerka apa yang dimaksud
(direferensikan) oleh si pembaca atau si penulis.
Djajasudarma (1994:51) mengemukakan bahwa secara trdisional,
referensi merupakan hubungan antara kata dan benda, tetapi lebih lanjut
dikatakan sebagai hubungan bahasa dengan dunia. Ada pula yang menyatakan
referensi adalah hubungan bahasa dengan dunia tanpa memperhatikan pemakai
bahasa. Pernyataan demikian dianggap tidak berterima karena pemakai bahasa
(pembicara) adalah penutur ujaran yang paling tahu referensi bahasa yang
diujarkan.
Adapun menurut Ramlan (1993:12) dalam Fitriyanti (2012)
yang dimaksud referensi (penunjukan) adalah penggunaan kata atau frasa untuk
menunjuk atau mengacu kata, frasa, atau mungkin juga satuan gramatikal yang
lain. Dengan demikian dalam penunjukan terdapat dua unsur, yaitu unsur penunjuk
dan unsur petunjuk. Kedua unsur itu haruslah mengacu pada referen yang sama.
Referensi dalam analisis wacana dapat berupa endofora
(anafora dan katafora) dan eksofora. Endofora bersifat tekstual, referensi
(acuan) ada di dalam teks, sedangkan eksofora bersifat situasional (acuan atau
referensi di luar teks). Endofora terbagai atas anafora dan katafora
berdasarkan posisi (distribusi) acuannya (referensinya). Anafora merujuk silang
pada unsur yang disebutkan terdahulu; katafora merujuk silang pada unsur yang
disebutkan kemudian (Djajasudarma, 1994:51).
Alwi (2014:43) menjelaskan bahwa anafora adalah peranti
dalam bahasa untuk membuat rujuk silang dengan hal atau kata yang telah
dinyatakan sebelumnya. Peranti itu dapat berupa kata ganti persona seperti dia,
mereka, nomina tertentu, konjungsi, keterangan waktu, alat, dan cara. Kebalikan
dari anafora adalah katafora, yakni rujuk silang terhadap anteseden yang ada
dibelakangnya.
Lebih lanjut ditegaskan bahwa berdasarkan tempatnya,
apakah acuan itu berada di dalam teks atau di luar teks, maka pengacuan
dibedakan menjadi dua jenis: (1) pengacuan endofora apabila acuannya (satuan
yang diacu) berada atau terdapat dalam teks, dan (2) pengacuan eksofora apabila
acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana. (lihat bagan I)
Pemarkah –nya sebagai referensi eksofora ditentukan oleh peran konteks. Konteks wacana merupakan teks-teks pendamping teks yang ada. Kata-kata
diterangkan oleh konteksnya maka interpretasi terhadap tuturan di dalam sebuah
teks diterangkan oleh tuturan sebelumnya (Lubis, 1991:94).
Bagan I. Jenis Referensi
Berdasarkan Letak Acuannya
![]() |
(Sumber : Djajasudarma, 1994:54)
Jenis
pengacuan yang pertama, berdasarkan arah pengacuannya dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu pengacuan anaforis (anaphoric
reference) dan pengacuan kataforis (cataphoric
reference). Pengacuan anaforis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal
yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual yang lain
yang mendahuluinya, atau mengacu ateseden sebelah kiri, atau mengacu pada unsur
yang telah disebut terdahulu. Sementara itu, pengacuan kataforis merupakan
salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada
satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu ateseden di sebelah kanan,
atau mengacu pada unsur yang baru disebutkan kemudian.
Pengacuan
atau referensi juga merupakan fungsi dari pemarkah –nya dalam sebuah wacana. Dalam fungsinya, pemarkah -nya mempunyai acuan yang berupa nama
insan. Hal tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut: Dalam dakwaan disebutkan Budi
Mulya melakukan perbuatan melawan hukum dan penyalahgunaan kewenangan
terkait fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) untuk Bank Century dan
penetapan bank itu sebagai bank gagal yang berdampak sistemik. Khusus mengenai
pemberian FPJP, hal itu dilaksanakannya
antara lain bersama-sama pejabat BI saat itu, seperti Gubernur BI Budiono,
Deputi Senior BI Miranda S Goeltom, dan Deputi Gubernur BI Bidang 7 Siti C
Fadjrijah. (Kompas, 8 Maret 2014). Pemarkah –nya pada kata dilaksanakannya
dalam wacana tersebut mengacu pada Budi
Mulya yang merupakan nama insan.
Selain
itu, pemarkah –nya sebagai referensi
dalam wacana bahasa Indonesia mempunyai acuan yang berkategori nomina berupa
nama lembaga. Contoh: Unram didemo oleh beberapa mahasiswa terkait kebijakan penutupan beberapa
jalan keluar masuk kampus. Menanggapi hal tersebut, pihaknya memberikan alasan bahwa hal itu dilakukan demi keamanan kampus.
Pemarkah –nya pada kata pihaknya dalam wacana tersebut mengacu
pada kata Unram yang berkategori
sebagai nomina berupa nama lembaga.
2.2.6
Pembelajaran Struktur
Kebahasaan
Pengajaran kebahasaan adalah salah
satu aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang meliputi struktur kata,
bentuk-bentuk kata, cara pembentukan kata, susunan kata dalam kelompok kata
dalam klausa dan dalam kalimat, serta seluk beluk dalam kalimat. Tujuan
pengajaran kebahasaan adalah agar siswa memahami struktur dasar bahasa serta
dapat menerapkannya dalam kalimat, baik secara lisan maupun tulisan dalam
kehidupan sehari-hari. (http://juprimalino.blogspot.com/2011/12/teknik-pengajaran-kebahasaan-belajar.html)
Pengajaran kebahasaan tidak
boleh berhenti pada pemahaman teori atau struktur dasar bahasa saja, tetapi
harus dilanjutkan sampai keterampilan menggunakan struktur itu. Mereka harus
diberi kesempatan luas bagaimana menggunakan bahasa. Siswa belajar memahami
makna kata serta penggunaannya dalam kalimat. Jadi, siswa diberi kesempatan
mempelajari aturan bahasa dan penerapan aturan itu dalam kegiatan berbahasa.
Melalui pengajaran kebahasaan guru dapat mengarahkan
siswanya dengan tujuan sebagai berikut.
1)
Memahami konsep
struktur dasar bahasa Indonesia,
2)
Dapat membentuk
kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat,
3)
Dapat menerapkan
struktur dasar bahasa dalam kalimat baik secara lisan maupun tulisan,
4)
Dapat menerapkan
struktur bahasa tersebut dalam penggunaan bahasa sebagai alat berkomunikasi.
Sementara itu,
dalam kurikulum 2013, Pembelajaran struktur kebahasaan bahasa Indonesia sama
halnya dengan pembelajaran struktur teks. Satuan bahasa yang mengandung makna,
pikiran, dan gagasan lengkap adalah teks. Teks tidak selalu berwujud bahasa
tulis, sebagaimana lazim dipahami, misalnya teks Pancasila yang sering dibacakan
pada saat upacara. Teks dapat berwujud teks tulis maupun teks lisan. Teks itu
sendiri memiliki dua unsur utama yang harus dimiliki.
Pertama, yaitu
konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register yang
melatarbelakangi lahirnya teks, seperti adanya sesuatu (pesan, pikiran,
gagasan, ide) yang hendak disampaikan (field), sasaran atau kepada siapa pesan,
pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan (tenor), dan dalam format bahasa
yang bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu dikemas (mode). Terkait
dengan format bahasa tersebut, teks dapat berupa deskripsi, prosedural,
naratif, cerita petualangan, anekdot, dan lain-lain.
Unsur kedua,
yaitu konteks situasi yang di dalamnya ada konsteks sosial dan konteks budaya
masyarakat tutur bahasa yang menjadi tempat teks tersebut diproduksi.
Terdapat perbedaan antara satu jenis teks tertentu dengan jenis teks lainnya.
Perbedaan dapat terjadi, misalnya pada struktur teks itu sendiri. Sebagai
contoh, teks tanggapan deskripstif dengan teks eksplanasi berbeda strukturnya
meskipun kedua teks tersebut termasuk ke dalam kategori jenis teks faktual.
Jika pada teks tanggapan deskriptif strukturnya terdiri atas identifikasi,
klasifikasi/definisi, dan deskripsi bagian, sedangkan teks eksplanasi adalah
pernyataan umum, deretan penjelas, dan interpretasi. Begitu pula kedua jenis
teks tersebut berbeda dengan teks cerita pendek (naratif). Teks ini, di samping
jenisnya berbeda dengan kedua jenis teks di atas, yaitu masuk dalam kategori
teks jenis sastra, juga strukturnya berbeda, yaitu terdiri atas orientasi
(kapan, siapa, dan di mana), komplikasi (masalah apa yang terjadi dan mengapa
terjadi), dan resolusi.
Struktur teks membentuk struktur berpikir sehingga setiap penguasaan
jenis teks tertentu siswa akan memiliki kemampuan berpikir sesuai dengan
struktur teks yang dikuasainya. Dengan berbagai macam teks yang sudah
dikuasainya, berarti siswa akan mampu memiliki berbagai struktur berpikir,
bahkan satu topik tertentu dapat disajikan dalam jenis teks yang berbeda dan tentunya
dengan struktur berpikir yang berbeda.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada
bab ini dipaparkan secara berurutan sumber data, metode pengumpulan data,
metode analisis data dan metode pemaparan hasil analisis data.
3.1 Sumber Data
Dalam
penelitian ini, data yang diambil adalah penggalan wacana tulis dalam koran Kompas edisi Sabtu 8 Maret 2014, Kompas edisi Jumat 13 Juni 2014, Kompas edisi Sabtu 14 Juni 2014, Lombok Post edisi Minggu 2 Maret 2014, dan Lombok Post edisi Selasa 12 Agustus
2014. Penggalan teks wacana yang dijadikan data merupakan penggalan wacana yang
memuat pemarkah –nya yang dikutip
secara acak dari berbagai macam kolom dalam koran, seperti kolom politik dan
hukum, kolom olahraga, kolom kriminalitas, kolom pendidikan dan kebudayaan,
kolom ekonomi, kolom iklan, dan kolom opini.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian
ini bersifat kualitatif. Oleh karena itu sebuah penelitian kualitatif
menggunakan metode kualitatif berupa pengamatan, wawancara, atau penelaahan
dokumen (Moleong, 2012:9). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu analisis konten atau analisis isi. Penelitian
memfokuskan pada level micro berupa kata. Kemudian, peneliti mencari data.
Apabila datanya telah terkumpul lalu diklasifikasikan menjadi data kualitatif
yang dinyatakan dalam kata-kata. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Metode Observasi
Bungin (dalam Satori, 2012:105) mengemukakan bahwa
observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan. Pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra (Arikunto, 2006: 156).
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang
disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi observasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
(Arikunto, 2006: 156)
Berdasarkan bentuk penelitian, pengumpulan data dilakukan
dengan mengamati teks-teks wacana pada koran. Dalam hal ini pengamatan dengan
membaca wacana dalam koran tersebut dapat mendukung dalam menemukan kemunculan pemarkah –nya yang akan diteliti. Apabila wacana
yang mengandung pemarkah –nya telah
ditemukan, kemudian dikutip untuk dijadikan data.
2.
Metode Dokumentasi
Dokumentasi,
dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya. (Arikunto, 2006:231)
Metode
dokumentasi digunakan peneliti untuk menyelidiki benda-benda tertulis yang
dalam hal ini berupa teks. Pendokumentasian dilakukan khusus pada teks wacana
dalam koran yang memuat pemarkah –nya. Teks
wacana yang memuat pemarkah –nya tersebut kemudian dikutip untuk dijadikan
data.
3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode agih. Metode
agih adalah metode analisis data kebahasaan yang alat penentunya adalah bagian
dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993:15). Teknik
lanjutan yang digunakan adalah teknik ganti (substitusi), yaitu teknik analisis
yang berupa penggantian unsur satuan lingual data. Dalam teknik ini unsur
manapun yang diganti, unsur itu selalu merupakan unsur yang justru sedang
menjadi pokok perhatian dalam analisis (Sudaryanto, 1993: 48).
Kegunaan teknik ganti adalah untuk mengetahui kadar kesamaan
kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur penganti. Jika dapat digantikan
berarti kedua unsur tersebut berada dalam kelas atau kategori yang sama. Makin
banyak kemungkinan penggantian unsur yang sama dalam berbagai satuan lingual,
makin tinggi kadar kesamaannya, dan hal tersebut membentuk kemungkinan bahwa
unsur yang dapat saling menggantikan itu dalam kelas yang sama (Sudaryanto,
1993: 49).
Analisis
data penelitian ini akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.
Mengumpulkan sumber data yang akan diteliti yaitu dari koran.
2.
Membaca sumber data untuk mencari data yang akan diteliti yaitu berupa penggalan
teks wacana yang memuat pemarkah –nya.
3.
Mengklasifikasi data berdasarkan kategori acuan serta letak acuannya.
4.
Menggunakan teknik substitusi untuk menguji kategori acuan pemarkah –nya dalam suatu wacana dengan cara
mensubstitusikan pemarkah –nya dalam
wacana tersebut dengan kata atau teks yang dianggap sebagai acuannya.
5.
Membuat suatu pertanyaan, apabila kata atau teks yang dianggap menjadi
acuan dari pemarkah –nya yang
diteliti bisa menjadi jawaban dari pertanyaan tersebut, maka dapat disimpulkan
kata tersebut merupakan acuan dari pemarkah –nya
yang diteliti.
6.
Menyimpulkan hasil analisis
3.4 Metode Pemaparan Hasil Analisis Data
Hasil analisis yang berupa kaidah-kaidah dapat disajikan melalui dua
cara, yaitu (a) perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, (b) perumusan
dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Kedua cara ini disebut
dengan metode informal dan metode formal (Mahsun, 2013:224). Dalam penelitian
ini yang digunakan adalah metode informal, yaitu pemaparan atau penyajian hasil
analisis yang dituangkan dalam bentuk kata-kata.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pemarkah –nya sebagai Referensi dalam Wacana Bahasa
Indonesia
Pemarkah –nya sebagai referensi dalam wacana bahasa Indonesia dapat dilihat
dari dua aspek, yaitu: (1) pemarkah –nya
berdasarkan kategori acuannya, yang terdiri dari pemarkah –nya sebagai referensi anteseden berupa kata dan pemarkah –nya sebagai referensi anteseden berupa
teks. (2) Pemarkah –nya berdasarkan
letak acuannya, yang terdiri dari pemarkah –nya
sebagai referensi anteseden endoforis dan pemarkah –nya sebagai referensi anteseden eksoforis.
4.1.1 Pemarkah
–nya Berdasarkan Kategori Acuannya.
Pemarkah –nya sebagai referensi dalam wacana bahasa Indonesia mempunyai
acuan dengan kategori yang berbeda, yaitu acuannya yang berupa kata dan
acuannya yang berupa teks. Uraian tentang pemarkah –nya berdasarkan kategori acuannya dalam wacana bahasa Indonesia
adalah berikut ini.
a.
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Berupa Kata
Pemarkah –nya
sebagai referensi anteseden berupa kata yaitu pemarkah –nya yang acuannya berupa kata, seperti kata yang merupakan nama
insan, kata yang berkategori nomina, dan kata yang berkategori verba.
1.
Pemarkah –nya sebagai
Referensi Anteseden Berupa Nama insan
Berikut analisis pemarkah –nya sebagai referensi anteseden berupa
nama insan.
(1)
Pada senin (9/6), Bernadinus Jamang dibunuh dengan sebuah
anak panah tertancap di dadanya di
daerah Kwamki Lama, sekitar pukul 02.20 WIT. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014)
(2)
Selang 11 jam
kemudian, seorang warga bernama Dim
Murip tewas akibat dikapak pada bagian kepalanya di Jalan Sosial, Kelurahan Kwamki. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014)
(3)
Taktik Hodgson adalah menyiapkan para pemainnya untuk berada lebih dekat dengan
gelandang Juventus itu. “Sangat penting bagi kami untuk tidak memberi dia waktu
dan ruang yang banyak,” papar kapten timnas Inggris, Steven Gerrard, tentang
peran Pirlo di tim Italia. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(4)
Hasan meninggal
saat dalam perawatan di rumah sakit. Dia menderita luka parah dan tubuhnya terjepit di bodi bus. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014).
(5)
Nur Ainah (4),
jumat (13/6), tewas diduga dianiaya ayahnya,
Tarmizi (31). Insiden itu terjadi di rumahnya di kawasan Tiban, Kota Batam,
Kepulauan Riau. (Kompas, Sabtu, 14
Juni 2014)
(6)
“…., berbicara
dalam logat Jawa yang natural, menembang dengan alami. Untuk itu saya belajar
pada ibunya Ossa Aji Santoso (pemeran Dahlan kecil) dan juga latihan sendiri di
rumah,”ungkap Kinar yang berperan sebagai ibunya Dahlan. (Kompas, Sabtu, 8 Maret 2014)
(7)
Untuk membuktikan
kemampuannya, Kinar menembang satu bait lagu sesaat seusai peluncuran film
“Sepatu Dahlan” di ajang Islamic Book Fair, Jumat (7/3). …. (Kompas, Sabtu, 8 Maret 2014)
(8)
“Ibunya caca pengen ke sana
(apartemen Caca di Puri Casablanca). Soalnya, anak-anak (adik-adik Caca, Red)
juga bilang kan tiap tahun ngerayain bareng. Mereka ngajak ke sana.” Ujar Lia
saat menjemput Riyanti di Jalan
Lembang, Menteng, Jakarta Pusat. (Lombok
Post, Selasa, 12 Agustus 2014).
(9)
Dalam kesaksiannya Akil juga
sempat mengatakan, Atut mengutus Wawan untuk mengurus sengketa Pilkada di MK. (Kompas, Jumat, 13 Juni 2014)
(10)
Tentang aktivitas sehari-harinya
kini, Maribeth tetap menyanyi meski sebatas jika ada kumpul-kumpul dengan
komunitasnya. (Kompas, Sabtu, 14 Juni
2014)
Dari contoh wacana (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8), (9), dan (10)
tersebut ditunjukan bahwa pemarkah –nya
sebagai referensi mempunyai anteseden yang berupa nama insan. Hal tersebut
terlihat jelas bahwa acuan dari pemarkah –nya
dalam wacana-wacana tersebut berupa nama insan, seperti pada: wacana (1) yaitu pemarkah –nya pada kata “dadanya” mengacu pada anteseden “Bernadius Jamang” yang merupakan nama
insan, wacana (2) yaitu pemarkah –nya pada kata “kepalanya” mengacu pada
anteseden “Dim Murip” yang merupakan
nama insan, wacana (3) yaitu pemarkah
–nya pada kata “pemainnya” mengacu pada
anteseden “Hodgson” yang merupakan
nama insan, wacana (4) yaitu pemarkah
–nya pada kata “tubuhnya” mengacu pada
anteseden “Hasan” yang merupakan nama
insan, wacana (5) yaitu pemarkah –nya pada kata “ayahnya” mengacu pada
anteseden “Nur Ainah” yang merupakan
nama insan, wacana (6) yaitu pemarkah
–nya pada kata “ibunya” mengacu pada
anteseden “Ossa Aji Santoso” yang
merupakan nama insan, wacana (7)
yaitu pemarkah –nya pada kata “kemampuannya” mengacu pada anteseden “Kinar”
yang merupakan nama insan, wacana (8)
yaitu pemarkah –nya pada kata “Ibunya” mengacu pada
anteseden “Caca” yang merupakan nama
insan, wacana (9) yaitu pemarkah –nya pada kata “kesaksiannya” mengacu pada
anteseden “Akil” yang merupakan nama
insan, dan wacana (10) yaitu pemarkah
–nya pada kata “sehari-harinya” mengacu pada
anteseden “Maribeth” yang merupakan
nama insan.
2.
Pemarkah –nya sebagai
Referensi Anteseden Berkategori Nomina.
Kata benda atau nomina adalah
nama benda atau segala sesuatu yang dibendakan. Nomina juga merupakan kata yang
mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Berikut
analisis pemarkah –nya sebagai
referensi anteseden berkategori nomina.
(11)
Tidak ingin buruannya lepas, petugas langsung menghadang dan membekuknya. (Lombok Post, Selasa, 12
Agustus 2014)
(12)
Melihat gerak-gerik
mencurigakan, petugas terus mengawasi pelaku. Tak lama kemudian, pelaku meninggalkan kebun dengan
membawa barang yang diduga sabu di tangannya.
Polisi pun membuntuti dari belakang. (Lombok
Post, Selasa, 12 Agustus 2014).
(13)
.... Bahagianya seorang guru jika
melihat anak muridnya berhasil. Jadi, buat para rekan-rekan seprofesi, mari
kita meningkatkan disiplin dalam hal mengajar ..... (Lombok Post, Minggu, 2
Maret 2014)
(14)
Kekecewaan Kroasia
bertambah saat gol mereka pada menit ke-82 dianulir oleh Nishimura. Ivica Olic
dinilai melanggar kiper Brasil, Julio Cesar, sebelum bola bergulir ke luar
kotak pinalti, ditendang pemain Kroasia
lainnya dan menjadi gol. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014)
(15)
Burung besi
bermesin baling-baling tunggal tiba-tiba bergetar saat melewati gumpalan awan.
Sepuluh penumpang di dalamnya pun
berdoa, tampak dari mulut mereka yang komat-kamit. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014)
(16)
Hanya satu maskapai yang melayani penerbangan ke
Simeulue dengan rute Bandara Kualanamu-Bandara Lasikin, Simeulue. Jadwal
penerbangannya tiga kali sehari
dengan pesawat berkapasitas 12 penumpang. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(17)
Untuk transportasi laut, jadwal feri dari Pelabuhan Labuhan Haji,
Kabupaten Aceh Selatan, ke Pelabuhan Kuta Baru, Simelue, hanya tiga kali
seminggu. Harga tiket per orang Rp 75.000. Waktu tempuhnya sekitar delapan jam. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(18)
Oleh karena jauh
dari keluarga dan jenuh bekerja pada proyek bangunan, Sunyadi kembali ke
Palangkaraya. Ia kembali bertani. “Waktu itu ada bantuan material kapur dua ton
per keluarga. Kapur itu kami
manfaatkan untuk menetralkan kelembaban tanah meski umumnya tetangga
menggunakannya untuk menimbun
jalan.” Cerita dia. (Kompas, Jumat,
13 Juni 2014)
(19)
Osdar rasanya
adalah satu dari segelintir wartawan yang memiliki otoritas kuat untuk memotret
kehidupan istana dan orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Ia
bertugas meliput di istana sejak Presiden Soeharto muda hingga era Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono mengakhiri periode keduanya. (Kompas, Sabtu, 8 Maret 2014)
(20)
Di sisi budaya,
Simeulue merupakan tempat bertemunya
beragam etnis, seperti Melayu,
Padang, Aceh, Gayo, dan Jawa. (Kompas,
Sabtu, 8 Maret 2014)
(21)
Aliran dance yang
akan dibawakan tim SMANSIX didominasi oleh gerakan hip-hop. Dengan adanya gerakan tarian dangdut, tentu akan membuat mereka menjadi tim yang
berbeda. (Lombok Post, Selasa, 12 Agustus 2014).
(22)
Setelah tersingkir
pada perempat final Piala Dunia 1954 Swiss, Brasil menjuarai dua perhelatan berikutnya, yakni Swedia 1958 dan Cile 1962. Diselingi satu kegagalan di
Inggris 1966, Brasil tampil lagi sebagai juara di Meksiko 1970. (Kompas, Jumat, 13 Juni 2014).
Dari contoh wacana (11), (12), (13), (14), (15), (16),
(17), (18), (19), (20), (21), dan (22) tersebut ditunjukan bahwa pemarkah –nya sebagai referensi mempunyai
anteseden berkategori nomina. Hal tersebut terlihat bahwa acuan dari pemarkah –nya dalam wacana-wacana tersebut
berkategoi sebagai nomina, seperti pada:
wacana (11) yaitu pemarkah –nya pada
kata “buruannya” mengacu pada anteseden “petugas” yang berkategori nomina,
wacana (12) yaitu pemarkah –nya pada
kata “tangannya” mengacu pada anteseden “pelaku” yang berkategori nomina,
wacana (13) yaitu pemarkah –nya
pada kata “muridnya” mengacu pada anteseden “guru”
yang berkategori nomina, wacana (14)
yaitu pemarkah –nya pada kata “lainnya” mengacu pada anteseden “pemain Kroasia” yang berkategori nomina, wacana (15) yaitu pemarkah –nya pada kata “di
dalamnya” mengacu pada anteseden
“burung besi/pesawat” yang
berkategori nomina, wacana (16) yaitu
pemarkah –nya pada kata “penerbangannya” mengacu pada anteseden “maskapai”
yang berkategori nomina, wacana (17)
yaitu pemarkah –nya pada kata “tempuhnya”
mengacu pada anteseden “kapal feri”
yang berkategori nomina, wacana (18)
yaitu pemarkah –nya pada kata “menggunakannya” mengacu pada anteseden “kapur”
yang berkategori nomina, wacana (19)
yaitu pemarkah –nya pada kata “di dalamnya” mengacu pada anteseden “istana”
yang berkategori nomina, wacana
(20) yaitu pemarkah –nya pada kata “bertemunya”
mengacu pada anteseden “beragam etnis”
yang berkategori nomina, wacana (21)
yaitu pemarkah –nya pada kata “adanya”
mengacu pada anteseden “gerakan tarian
dangdut” yang berkategori nomina,
dan wacana (22) yaitu pemarkah –nya pada kata “berikutnya” mengacu
pada anteseden “perhelatan” yang
berkategori nomina.
Berdasarkan contoh-contoh di atas, perilaku pemarkah –nya sebagai referensi anteseden berkategori nomina, dari segi
semantis dapat dibedakan menjadi nomina yang berupa orang/insan, nomina yang
berupa benda dan nomina yang berupa konsep atau pengertian. Penjelasan tentang
hal-hal tersebut dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
a)
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Berkategori Nomina Berupa Orang/insan.
Pemarkah –nya sebagai referensi
anteseden berkategori nomina berupa orang/insan dapat dilihat dalam wacana-wacana
berikut ini.
(11.a) Tidak ingin
buruannya lepas, petugas langsung menghadang dan
membekuknya. (Lombok Post, Selasa, 12 Agustus 2014)
(12.a) Melihat
gerak-gerik mencurigakan, petugas terus mengawasi pelaku. Tak lama kemudian, pelaku meninggalkan kebun dengan
membawa barang yang diduga sabu di tangannya.
Polisi pun membuntuti dari belakang. (Lombok
Post, Selasa, 12 Agustus 2014).
(13.a) ..... Bahagianya seorang guru jika melihat anak muridnya berhasil. Jadi buat para rekan-rekan seprofesi, mari kita
meningkatkan disiplin dalam hal mengajar ...... (Lombok Post, Minggu, 2
Maret 2014)
(14.a) Kekecewaan Kroasia bertambah saat gol mereka pada menit ke-82
dianulir oleh Nishimura. Ivica Olic dinilai melanggar kiper Brasil, Julio
Cesar, sebelum bola bergulir ke luar kotak pinalti, ditendang pemain Kroasia lainnya dan menjadi gol. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
Dari segi semantis, wacana
(11.a), (12.a), (13.a), dan (14.a) tersebut ditunjukkan bahwa pemarkah –nya mengacu pada anteseden berkategori
nomina berupa orang/insan. Seperti pada wacana (11.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “buruannya” yang mengacu
pada anteseden “petugas” yang
merupakan nomina bermakna orang/insan, wacana (12.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “tangannya” yang mengacu
pada anteseden “pelaku” yang
merupakan nomina bermakna orang/insan, wacana
(13.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “muridnya”
yang mengacu pada anteseden “guru”
yang merupakan nomina bermakna orang/insan, dan wacana (14.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “lainnya” yang mengacu
pada anteseden “pemain Kroasia” yang
merupakan nomina bermakna orang/insan.
b)
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Berkategori Nomina Berupa Benda
Pemarkah –nya
sebagai referensi anteseden berkategori nomina berupa benda dapat dilihat dalam
wacana-wacana berikut ini.
(15.a) Burung besi bermesin baling-baling
tunggal tiba-tiba bergetar saat melewati gumpalan awan. Sepuluh penumpang di
dalamnya pun berdoa, tampak dari
mulut mereka yang komat-kamit. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(16.a)
Hanya satu maskapai yang melayani
penerbangan ke Simeulue dengan rute Bandara Kualanamu-Bandara Lasikin,
Simeulue. Jadwal penerbangannya tiga
kali sehari dengan pesawat berkapasitas 12 penumpang. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014)
(17.a)
Untuk transportasi laut, jadwal feri dari Pelabuhan Labuhan Haji,
Kabupaten Aceh Selatan, ke Pelabuhan Kuta Baru, Simelue, hanya tiga kali
seminggu. Harga tiket per orang Rp 75.000. Waktu tempuhnya sekitar delapan jam. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(18.a) Kapur itu kami manfaatkan untuk menetralkan kelembaban tanah meski
umumnya tetangga menggunakannya
untuk menimbun jalan.” Cerita dia. (Kompas,
Jumat, 13 Juni 2014)
(19.a) Osdar rasanya adalah satu dari segelintir wartawan yang memiliki
otoritas kuat untuk memotret kehidupan
istana dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ia bertugas meliput di istana sejak Presiden Soeharto muda
hingga era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakhiri periode keduanya. (Kompas, Sabtu, 8 Maret 2014)
Dari segi semantis, wacana (15.a), (16.a), (17.a), (18.a) dan (19.a)
tersebut menunjukkan bahwa pemarkah –nya
mengacu pada anteseden yang berkategori nomina bermakna benda, seperti pada
wacana (15.a) yaitu pemarkah –nya pada
kata “di dalamnya” yang mengacu pada anteseden “burung besi/pesawat” yang merupakan nomina bermakna benda, wacana
(16.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “penerbangannya” yang mengacu pada anteseden “maskapai” yang merupakan nomina bermakna benda, wacana (17.a) yaitu pemarkah –nya
pada kata “tempuhnya” yang mengacu pada anteseden “Kapal Feri” yang merupakan nomina bermakna benda, wacana (18.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “menggunakannya” yang
mengacu pada anteseden “kapur” yang
merupakan nomina bermakna benda, dan
wacana (19.a) yaitu pemarkah –nya pada
kata “di dalamnya” yang mengacu pada anteseden “istana” yang merupakan kata nomina bermakna benda.
c)
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Berkategori Nomina Berupa Konsep atau Pengertian
Pemarkah –nya
sebagai referensi anteseden berkategori nomina berupa konsep atau pengertian
dapat dilihat dalam wacana-wacana berikut ini.
(20.a) Di sisi budaya, Simeulue merupakan tempat bertemunya beragam etnis, seperti Melayu, Padang, Aceh, Gayo, dan Jawa. (Kompas, Sabtu, 8 Maret 2014)
(21.a)
Aliran dance yang akan dibawakan tim SMANSIX didominasi oleh gerakan hip-hop.
Dengan adanya gerakan tarian dangdut, tentu akan membuat mereka menjadi tim yang
berbeda. (Lombok Post, Selasa, 12 Agustus 2014).
(22.a) Setelah tersingkir pada perempat
final Piala Dunia 1954 Swiss, Brasil menjuarai dua perhelatan berikutnya,
yakni Swedia 1958 dan Cile 1962. Diselingi satu kegagalan di Inggris 1966,
Brasil tampil lagi sebagai juara di Meksiko 1970. (Kompas, Jumat, 13 Juni 2014).
Dari segi semantis, wacana (20.a), (21.a), dan (22.a) tersebut menunjukkan
bahwa pemarkah –nya mengacu pada
unsur yang berkategori nomina berupa konsep atau pengertian, artinya nomina
tersebut hanya tergambar dalam konsep pemikiran manusia. Seperti pada wacana
(20.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “bertemunya”
mengacu pada anteseden “beragam etnis”
yang merupakan nomina berupa konsep atau pengertian, wacana (21.a) yaitu pemarkah –nya
pada kata “adanya” mengacu pada anteseden “gerakan
tarian dangdut” yang merupakan nomina berupa konsep atau pengertian, dan wacana (22.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “berikutnya” mengacu
pada anteseden “perhelatan” yang
merupakan nomina berupa konsep atau pengertian.
3.
Pemarkah –nya sebagai
Referensi Anteseden Berkategori Verba.
Verba atau kata kerja adalah
semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Berikut analisis pemarkah –nya sebagai referensi anteseden
berkategori verba.
(23)
Biasakan memotong
kuku tangan setiap seminggu sekali dan kuku kaki setiap sebulan sekali.
Baiknya dilakukan setelah mandi
karena kuku masih dalam keadaan lunak sehingga memudahkan pemotongan. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014)
(24)
Memelihara lebah sejak tahun 1978 awalnya hanya pengisi waktu luang. Beberapa kotak lebah lokal (“apis
cerana”) dipiara untuk dimanfaatkan madu dan larvanya bagi keluarga dan para
tetangga. Kegiatan itu kemudian berkembang menjadi peternakan lebah yang cukup
besar dengan diversifikasi kegiatan yang saling mendukung. (Kompas, Sabtu, 14 juni 2014).
(25)
....Proses itu memerlukan biaya relatif besar. Ia
mencontohkan, untuk satu hektar lahan dibutuhkan 10 rol atau 5.000 meter
plastik mulsa dengan harga sekitar Rp. 700.000 per rol. Kini, secara teratur dia menanam 1.000 tanaman melon. Hasilnya buah yang terasa manis dengan bobot 2-3 kg. Sekali panen, dia
memperoleh sekitar Rp 80 juta. (Kompas,
Jumat, 13 Juni 2014).
(26)
Ada sebuah tradisi unik di Nusa Tenggara Barat (NTB)
yaitu tradisi adu kepala yang disebut dengan entubu. Tradisi ini diadakan
ketika musim panen tiba. Mengadu
kepala manusia dengan manusia pastinya
akan terasa sakit, namun tradisi ini sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat
NTB dan dirayakan warga ketika musim panen. (Lombok Post, Minggu, 2
Maret 2014)
(27)
Tidak hanya kaum hawa, para lelaki pun harusnya membiasakan diri untuk merawat kukunya demi kebersihan dan
kesehatan tetap selalu terjaga. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
Dari contoh wacana (23), (24), (25), (26), dan (27) tersebut ditunjukan
bahwa pemarkah –nya sebagai referensi
mempunyai anteseden berkategori verba. Hal tersebut terlihat bahwa acuan dari
pemarkah –nya dalam wacana-wacana
tersebut berkategoi sebagai verba, seperti
pada: wacana (23) yaitu pemarkah –nya
pada kata “baiknya” mengacu pada anteseden “memotong kuku” yang berkategori verba, wacana (24) yaitu pemarkah –nya
pada kata “awalnya” mengacu pada anteseden “memelihara lebah” yang berkategori verba, (25) yaitu pemarkah –nya pada
kata “hasilnya” mengacu pada anteseden “menanam”
yang berkategori verba, wacana (26)
yaitu pemarkah –nya pada kata “pastinya”
mengacu pada anteseden “mengadu” yang
berkategori verba, dan wacana (27)
yaitu pemarkah –nya pada kata “harusnya”
mengacu pada anteseden“membiasakan diri”
yang berkategori verba.
b.
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Berupa Teks
Pemarkah –nya sebagai referensi anteseden berupa teks merupakan pemarkah –nya yang acuannya berupa teks yang
mendahuluinya. Berikut uraian tentang pemarkah –nya sebagai referensi yang acuannya berkategori teks.
(28)
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Maluku meminta agar
distribusi logistik pemilihan umum presiden ke 9 kabupaten dan 2 kota di Maluku
dilakukan lebih awal. Alasannya adalah
wilayah Maluku sedang memasuki musim hujan dengan risiko cuaca buruk, baik
angin kencang maupun gelombang tinggi. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014).
Pemarkah –nya pada kata ”alasannya” dalam wacana (28) tersebut
mengacu pada teks yang mendahuluinya. Teks tersebut yaitu “Komisi Pemilihan Umum Provinsi Maluku meminta agar distribusi logistik
pemilihan umum presiden ke 9 kabupaten dan 2 kota di Maluku dilakukan lebih
awal.”
(29)
Daerah diminta berkoordinasi dan bekerja sama dengan
pemerintah dalam pemanfaatan Pulau Bangka. Pertimbangannya, pulau Bangka Belitung tergolong pulau kecil (kurang dari
20.000 hektar) dan daerah belum punya zonasi perairan seperti diamanatkan UU No
27/2007 juncto UU No 1/2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014).
Pemarkah –nya
pada kata “pertimbangannya” dalam wacana (29) tersebut mengacu pada teks yang mendahuluinya.
Teks tersebut yaitu “Daerah diminta
berkoordinasi dan bekerja sama dengan pemerintah dalam pemanfaatan Pulau
Bangka.”
(30)
Fasli menjelaskan, sejumlah indikator program KB
ditetapkan agar dapat dicapai dalam lima tahun kedepan. Contohnya, jumlah rata-rata anak per
perempuan usia subur (TFR) yang dalam satu dasawarsa terakhir stagnan di angka
2,6 diproyeksikan turun menjadi 2,2. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014).
Pemarkah –nya pada kata ”contohnya” dalam wacana (30) tersebut
mengacu pada teks yang mendahuluinya. Teks tersebut yaitu “Fasli menjelaskan, sejumlah indikator program KB ditetapkan agar dapat
dicapai dalam lima tahun kedepan.”
(31)
Walaupun konsep menuju kesejahteraan terjadi perdebatan,
semua capres tampak tidak menoleransi mafia peradilan yang merusak tatanan
hukum. Akibatnya, pemberantasan
korupsi masih menjadi pekerjaan besar. (Kompas,
Sabtu, 8 Maret 2014)
Pemarkah –nya pada kata ”akibatnya” dalam wacana (31) tersebut
mengacu pada teks yang mendahuluinya. Teks tersebut yaitu “Walaupun konsep menuju kesejahteraan terjadi perdebatan, semua capres
tampak tidak menoleransi mafia peradilan yang merusak tatanan hukum.”
(32)
Di negara maju, orang berfikir mustahil menyelesaikan
persoalan pemilu dengan ratusan juta pemilih tanpa TI. Namun di negara
berkembang, justru setiap penggunaan TI selalu di curigai. Dampaknya, banyak kecurangan yang terjadi di
luar kontrol dan terjadi diam-diam. (Kompas,
Sabtu, 8 Maret 2014)
Pemarkah –nya pada kata ”dampaknya” dalam wacana (32) tersebut
mengacu pada teks yang mendahuluinya. Teks tersebut yaitu “Di negara maju, orang berfikir mustahil menyelesaikan persoalan pemilu
dengan ratusan juta pemilih tanpa TI. Namun di negara berkembang, justru setiap
penggunaan TI selalu di curigai.”
(33)
Sylvia menyadari, bukti foto memang bukan bukti yang
diakui. Namun, setidaknya, semakin
banyak orang yang memegang bukti-bukti itu, akan semakin bagus. (Kompas, Sabtu, 8 Maret 2014)
Pemarkah –nya pada kata ”setidaknya” dalam wacana (33) tersebut
mengacu pada teks yang mendahuluinya. Teks tersebut yaitu “Sylvia menyadari, bukti foto memang bukan bukti yang diakui. Namun,
semakin banyak orang yang memegang bukti-bukti itu, akan semakin bagus.
4.1.2 Pemarkah
–nya Berdasarkan Letak Acuannya.
Pemarkah –nya berdasarkan letak acuannya dapat dibedakan atas pemarkah –nya sebagai referensi anteseden
endoforis dan pemarkah –nya sebagai
referensi anteseden eksoforis. Uraian tentang pemarkah –nya berdasarkan letak acuannya adalah berikut ini.
A.
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Endoforis
Referensi endoforis adalah
referensi yang bersifat tekstual, yaitu referensi (acuan) ada di dalam teks.
Referensi endoforis terbagi atas referensi yang bersifat anaforis dan referensi
yang bersifat kataforis. Uraian tentang hal tersebut adalah berikut ini.
1.
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Bersifat Anaforis
Referensi anaforis adalah referensi yang merujuk silang
pada suatu kata atau anteseden yang disebutkan terdahulu. Uraian pemarkah –nya sebagai referensi yang bersifat
anaforis dapat dilihat dalam contoh wacana-wacana berdasarkan kategori berikut
ini.
a)
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Berupa Nama Insan Bersifat Anaforis
Pemarkah –nya sebagai referensi anteseden
berupa nama insan yang bersifat anaforis dapat dilihat dalam wacana-wacana
berikut.
(1.a)
Pada senin (9/6), Bernadinus Jamang
dibunuh dengan sebuah anak panah tertancap di dadanya di daerah Kwamki Lama, sekitar pukul 02.20 WIT. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014)
(2.a) Selang 11 jam kemudian,
seorang warga bernama Dim Murip
tewas akibat dikapak pada bagian kepalanya
di Jalan Sosial, Kelurahan Kwamki. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(3.a) Taktik Hodgson adalah menyiapkan para pemainnya untuk berada lebih dekat dengan
gelandang Juventus itu. “Sangat penting bagi kami untuk tidak memberi dia waktu
dan ruang yang banyak,” papar kapten timnas Inggris, Steven Gerrard, tentang
peran Pirlo di tim Italia. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(4.a) Hasan meninggal saat dalam perawatan di rumah sakit. Dia menderita
luka parah dan tubuhnya terjepit di
bodi bus. (Kompas, Sabtu, 14 Juni
2014).
(5.a) Nur Ainah (4), jumat (13/6), tewas diduga dianiaya ayahnya, Tarmizi (31). Insiden itu terjadi
di rumahnya di kawasan Tiban, Kota
Batam, Kepulauan Riau. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
Dari wacana (1.a), (2.a),
(3.a), (4.a) dan (5.a) tersebut ditunjukkan bahwa pemarkah –nya merujuk silang pada anteseden yang disebutkan terdahulu.
Seperti pada wacana (1.a) yaitu pemarkah –nya
pada kata “dadanya” merujuk silang pada anteseden nama “Bernadius Jamang” yang disebutkan sebelumnya, wacana (2.a) yaitu
pemarkah –nya pada kata “kepalanya”
yang merujuk silang pada anteseden nama “Dim
Murip” yang disebutkan sebelumnya, wacana
(3.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “pemainnya”
yang merujuk silang pada anteseden nama “Hodgson”
yang disebutkan sebelumnya, wacana (4.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “tubuhnya” yang merujuk silang pada
anteseden nama “Hasan” yang
disebutkan sebelumnya, dan wacana
(5.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “ayahnya”
yang merujuk silang pada anteseden nama “Nur
Ainah” yang disebutkan sebelumnya.
b)
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Nomina Bersifat Anaforis
Pemarkah –nya sebagai referensi
anteseden nomina yang bersifat anaforis dapat dilihat dalam wacana-wacana
berikut.
(12.b) Melihat gerak-gerik mencurigakan, petugas terus mengawasi pelaku.
Tak lama kemudian, pelaku
meninggalkan kebun dengan membawa barang yang diduga sabu di tangannya. Polisi pun membuntuti dari
belakang. (Lombok Post, Selasa, 12 Agustus 2014).
(14.b) Kekecewaan Kroasia bertambah saat gol mereka pada menit ke-82
dianulir oleh Nishimura. Ivica Olic dinilai melanggar kiper Brasil, Julio
Cesar, sebelum bola bergulir ke luar kotak pinalti, ditendang pemain Kroasia lainnya dan menjadi gol. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(15.b) Burung besi bermesin baling-baling
tunggal tiba-tiba bergetar saat melewati gumpalan awan. Sepuluh penumpang di
dalamnya pun berdoa, tampak dari
mulut mereka yang komat-kamit. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(16.b) Hanya satu maskapai yang melayani penerbangan ke
Simeulue dengan rute Bandara Kualanamu-Bandara Lasikin, Simeulue. Jadwal
penerbangannya tiga kali sehari
dengan pesawat berkapasitas 12 penumpang. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(17.b)
Untuk transportasi laut, jadwal feri dari Pelabuhan Labuhan Haji,
Kabupaten Aceh Selatan, ke Pelabuhan Kuta Baru, Simelue, hanya tiga kali
seminggu. Harga tiket per orang Rp 75.000. Waktu tempuhnya sekitar delapan jam. (Kompas,
Sabtu, 14 Juni 2014)
(18.b) Kapur itu kami manfaatkan
untuk menetralkan kelembaban tanah meski umumnya tetangga menggunakannya
untuk menimbun jalan.” Cerita dia. (Kompas,
Jumat, 13 Juni 2014)
(19.b) Osdar rasanya adalah satu dari segelintir wartawan yang memiliki
otoritas kuat untuk memotret kehidupan
istana dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ia bertugas meliput di istana sejak Presiden Soeharto muda
hingga era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakhiri periode keduanya. (Kompas, Sabtu, 8 Maret 2014)
(22.b) Setelah tersingkir pada perempat final Piala Dunia 1954 Swiss,
Brasil menjuarai dua perhelatan
berikutnya, yakni Swedia 1958 dan
Cile 1962. Diselingi satu kegagalan di Inggris 1966, Brasil tampil lagi sebagai
juara di Meksiko 1970. (Kompas,
Jumat, 13 Juni 2014).
Dari wacana (12.b), (14.b), (15.b),
(16.b), (17.b), (18.b), (19.b) dan (22.b) tersebut ditunjukkan bahwa pemarkah –nya merujuk silang pada anteseden berkategori
nomina yang disebutkan terdahulu. Seperti pada wacana (12.b) yaitu pemarkah –nya pada kata “tangannya” merujuk
silang pada anteseden “pelaku” yang
disebutkan sebelumnya, wacana (14.b) yaitu pemarkah –nya pada kata “lainnya” merujuk silang pada anteseden
“pemain Kroasia” yang disebutkan
sebelumnya, wacana (15.b) yaitu
pemarkah –nya pada kata “di dalamnya” merujuk silang pada anteseden “burung besi/pesawat” yang disebutkan sebelumnya, wacana (16.b)
yaitu pemarkah –nya pada kata “penerbangannya” merujuk silang pada anteseden “maskapai” yang disebutkan sebelumnya, wacana (17.b) yaitu pemarkah
–nya pada kata “tempuhnya” merujuk
silang pada anteseden “kapal feri”
yang disebutkan sebelumnya, wacana (18.b) yaitu pemarkah –nya pada kata “menggunakannya” ang merujuk silang pada
anteseden “kapur” yang disebutkan
sebelumnya, wacana (19.b) yaitu pemarkah –nya
pada kata “di dalamnya” merujuk silang pada anteseden “istana” yang disebutkan sebelumnya, dan wacana (22.b) yaitu
pemarkah –nya pada kata “berikutnya”
merujuk silang pada anteseden “perhelatan”
yang disebutkan sebelumnya.
c)
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Verba Bersifat Anaforis
Pemarkah –nya sebagai referensi
anteseden verba yang bersifat anaforis dapat dilihat dalam wacana-wacana
berikut.
(23.a) Biasakan memotong kuku
tangan setiap seminggu sekali dan kuku kaki setiap sebulan sekali. baiknya dilakukan setelah mandi karena kuku
masih dalam keadaan lunak sehingga memudahkan pemotongan. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014)
(24.a) Memelihara lebah sejak
tahun 1978 awalnya hanya pengisi
waktu luang. Beberapa kotak lebah lokal (“apis cerana”) dipiara untuk
dimanfaatkan madu dan larvanya bagi keluarga dan para tetangga. Kegiatan itu
kemudian berkembang menjadi peternakan lebah yang cukup besar dengan
diversifikasi kegiatan yang saling mendukung. (Kompas, Sabtu, 14 juni 2014).
(25.a) ....Proses itu memerlukan biaya relatif besar. Ia mencontohkan,
untuk satu hektar lahan dibutuhkan 10 rol atau 5.000 meter plastik mulsa dengan
harga sekitar Rp. 700.000 per rol. Kini, secara teratur dia menanam 1.000 tanaman melon. Hasilnya buah yang terasa manis dengan bobot
2-3 kg. Sekali panen, dia memperoleh sekitar Rp 80 juta. (Kompas, Jumat, 13 Juni 2014).
(26.a) Ada sebuah tradisi unik di Nusa Tenggara Barat (NTB) yaitu tradisi
adu kepala yang disebut dengan entubu. Tradisi ini diadakan ketika musim panen
tiba. Mengadu kepala manusia dengan
manusia pastinya akan terasa sakit,
namun tradisi ini sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat NTB dan dirayakan
warga ketika musim panen. (Lombok Post, Minggu, 2 Maret 2014)
Dari wacana (23.a), (24.a), (25.a), dan (26.a) tersebut
ditunjukkan bahwa pemarkah –nya
merujuk silang pada anteseden verba yang disebutkan terdahulu. Seperti pada
wacana (23.a) yaitu pemarkah –nya
pada kata “baiknya” merujuk silang pada anteseden “memotong kuku” yang disebutkan sebelumnya, wacana (24.a) yaitu
pemarkah –nya pada kata “awalnya”
merujuk silang pada anteseden “memelihara”
yang disebutkan sebelumnya, wacana (25.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “hasilnya” merujuk silang pada anteseden
“menanam” yang disebutkan sebelumnya,
dan wacana (26.a) yaitu pemarkah –nya
pada kata “pastinya” merujuk silang pada anteseden “mengadu” yang disebutkan sebelumnya.
2.
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Bersifat Kataforis
Referensi kataforis adalah referensi yang merujuk silang
pada suatu kata atau anteseden yang disebutkan kemudian. Uraian pemarkah –nya sebagai referensi anteseden yang
bersifat kataforis dapat dilihat dalam contoh wacana-wacana berdasarkan
kategori berikut ini.
a)
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Nama Insan Bersifat Kataforis
Pemarkah –nya sebagai referensi anteseden nama
insan yang bersifat kataforis dapat dilihat dalam contoh wacana berikut.
(6.a) “...., berbicara dalam
logat Jawa yang natural, menembang dengan alami. Untuk itu saya belajar pada
ibunya Ossa Aji Santoso (pemeran Dahlan kecil) dan juga latihan sendiri di
rumah,”ungkap Kinar yang berperan sebagai ibunya Dahlan. (Kompas,
Sabtu, 8 Maret 2014)
(7.a) Untuk membuktikan
kemampuannya, Kinar menembang satu bait lagu sesaat seusai peluncuran film
“Sepatu Dahlan” di ajang Islamic Book Fair, Jumat (7/3). “..... (Kompas, Sabtu, 8 Maret 2014)

(9.a) Dalam kesaksiannya Akil juga
sempat mengatakan, Atut mengutus Wawan untuk mengurus sengketa Pilkada di MK. (Kompas, Jumat, 13 Juni 2014)
(10.a) Tentang aktivitas sehari-harinya
kini, Maribeth tetap menyanyi meski sebatas jika ada kumpul-kumpul dengan
komunitasnya. (Kompas, Sabtu, 14 Juni
2014)
Dari wacana (6.a), (7.a),
(8.a), (9.a) dan (10.a) tersebut ditunjukkan bahwa pemarkah –nya merujuk silang pada anteseden nama
insan yang disebutkan kemudian. Seperti pada wacana (6.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “ibunya” merujuk silang
pada anteseden nama “Ossa Aji Santoso”
yang disebutkan kemudian, wacana (7.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “kemampuannya” merujuk silang pada anteseden
nama “Kinar” yang disebutkan
kemudian, wacana (8.a) yaitu pemarkah
–nya pada kata “ibunya” merujuk silang
pada anteseden nama “Caca” yang
disebutkan kemudian, wacana (9.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “kesaksiannya” merujuk silang pada anteseden
nama “Akil” yang disebutkan kemudian,
dan wacana (10.a) yaitu pemarkah –nya pada kata “sehari-harinya” merujuk
silang pada anteseden nama “Maribeth”
yang disebutkan kemudian.
b)
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Nomina Bersifat Kataforis
Pemarkah –nya sebagai referensi
anteseden nomina yang bersifat kataforis dapat dilihat dalam wacana-wacana
berikut.
(11.b) Tidak ingin
buruannya lepas, petugas langsung menghadang dan
membekuknya. (Lombok Post, Selasa, 12 Agustus 2014)
(13.b) ..... Bahagianya seorang guru jika melihat anak muridnya berhasil. Jadi buat para
rekan-rekan seprofesi, mari kita meningkatkan disiplin dalam hal mengajar
...... (Lombok Post, Minggu, 2 Maret 2014)
(20.b) Di sisi budaya, Simeulue merupakan tempat bertemunya beragam etnis, seperti Melayu, Padang, Aceh, Gayo, dan Jawa. (Kompas, Sabtu, 8 Maret 2014)
(21.b) Aliran dance
yang akan dibawakan tim SMANSIX didominasi oleh gerakan hip-hop. Dengan adanya gerakan tarian dangdut, tentu akan membuat mereka menjadi tim yang
berbeda. (Lombok Post, Selasa, 12 Agustus 2014).
Dari wacana (11.b), (13.b), (20.b), dan (21.b) tersebut ditunjukkan bahwa
pemarkah –nya merujuk silang pada
anteseden berkategori nomina yang disebutkan kemudian. Seperti pada wacana (11.b)
yaitu pemarkah –nya pada kata “buruannya”
merujuk silang pada anteseden “petugas”
yang disebutkan kemudian, wacana (13.b) yaitu pemarkah –nya pada kata “bahagianya” merujuk silang pada anteseden
“seorang guru” yang disebutkan
kemudian, wacana (20.b) yaitu pemarkah –nya
pada kata “bertemunya” merujuk silang pada anteseden “beragam etnis” yang disebutkan kemudian, dan wacana (21.b) yaitu
pemarkah –nya pada kata “adanya”
merujuk silang pada anteseden “gerakan
tarian dangdut” yang disebutkan kemudian.
c)
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Verba yang Bersifat Kataforis
Pemarkah –nya sebagai referensi anteseden verba yang bersifat kataforis dapat
dilihat dalam wacana-wacana berikut.
(27.a) Tidak hanya kaum hawa, para lelaki pun harusnya membiasakan diri
untuk merawat kukunya demi kebersihan dan kesehatan tetap selalu terjaga. (Kompas, Sabtu, 14 Juni 2014)
Dari wacana (27.a) tersebut ditunjukkan bahwa pemarkah –nya pada kata “harusnya” merujuk silang
pada anteseden “membiasakan diri” yang
berkategori verba dan telah disebutkan kemudian.
B.
Pemarkah –nya
sebagai Referensi Anteseden Eksoforis
Referensi eksofora adalah
referensi yang bersifat situasional yaitu acuan atau referensi berada di luar
teks. Pemarkah –nya sebagai
referensi eksofora ditentukan oleh peran konteks.
Konteks wacana terdiri atas
berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan,
topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, sarana dan pengetahuan pembicara. Jadi,
acuan pemarkah –nya sebagai
referensi eksofora dalam suatu wacana dapat diketahui berdasarkan teks-teks
kalimat dalam wacana tersebut yang disebut konteks.
Analisis pemarkah –nya sebagai referensi yang acuannya
bersifat eksofora dalam wacana bahasa Indonesia dapat dilihat dari
wacana-wacana berikut.
(34)
Junaidin mengungkapkan pendapatnya mengenai profesi guru.
Menurutnya, propesi guru adalah profersi yang mulia. Tanpa guru, anak-anak
bangsa tidak akan terarah. Bahagianya seorang guru jika melihat anak muridnya
berhasil. Jadi buat para rekan-rekan seprofesi, mari kita meningkatkan disiplin
dalam hal mengajar dan lainnya. Maju
terus guru Indonesia,” katanya bersemangat. (Lombok Post, Minggu, 2
Maret 2014)
Pemarkah –nya pada kata “lainnya” dalam wacana (34) tersebut tidak mempunyai
acuan di dalam teks karena acuan pemarkah –nya
tersebut tidak bisa diketahui secara pasti berdasarkan konteks yang ada. Jadi,
pemarkah –nya pada kata “lainnya” dalam wacana (34) tersebut mengacu
pada acuan yang berada di luar teks.
(35)
Meski telah dilakukan pengerasan oleh pihak terkait,
namun belum ada kepastian kapan pengerjaannya
dilanjutkan. Kondisi tersebut membuat warga kesal dan mempertanyakan kejelasan
penanganan proyek. (Kompas, Jumat, 13
Juni 2014).
Pemarkah –nya pada kata “pengerjaannya” dalam wacana
(35) tersebut tidak mempunyai acuan di dalam teks. Pemarkah –nya tersebut tidak jelas mengacu pada
jenis pengerjaan tertentu. Jadi, pemarkah –nya
pada kata “pengerjaannya” dalam wacana
(35) tersebut mengacu pada acuan yang berada di luar teks.
(36)
Ketika kita melihat orang yang kita cintai tertawa bukan
karena kita melainkan orang lain, cinta itu bisa menusuk-nusuk perasaan bahkan
dia bisa melukai hati dan menggoresnya secara perlahan sehingga meninggalkan
luka, bahkan aku adalah seorang wanita yang menyembunyikan perasaan tanpa
mengetahui apakah perasaan itu telah ditunggu olehnya. (Dikutip dari cerpen: First
Love Andina Rasty)
Pemarkah –nya pada kata “olehnya” dalam wacana (36) tersebut tidak
mempunyai acuan di dalam teks. Acuan pemarkah –nya tersebut tidak jelas mengacu pada siapa, walaupun berdasarkan
konteks kalimat sebelumnya, pemarkah –nya
tersebut mengacu pada seseorang yang dibicarakan oleh si penulis. Jadi,
pemarkah –nya pada kata “olehnya” dalam wacana (36) tersebut mengacu
pada acuan yang berada di luar teks.
(37)
Sebenarnya kedatangan
seekor kucing yang kemudian ia beri nama Lora itu benar-benar telah membuat
hidupnya lebih berwarna. Dulu, ia
terbiasa duduk-duduk sendirian di ujung tangga menuju gudang sambil
bernyanyi-nyanyi kecil atau hafalan surat-surat pendek yang diwajibkan oleh bu
ustadzah tanpa teman seorang pun. (Dikutip dari cerpen: Virus
Lora).
Pemarkah –nya pada kata “hidupnya” dalam wacana (37) tersebut tidak
mempunyai acuan di dalam teks. Acuan pemarkah –nya tersebut tidak jelas mengacu pada siapa, walaupun berdasarkan
konteks kalimat yang ada, pemarkah –nya
tersebut mengacu pada seseorang yang diceritakan oleh si penulis. Jadi,
pemarkah –nya pada kata “hidupnya” dalam wacana (37) tersebut mengacu
pada acuan yang berada di luar teks.
4.2 Implikasi Pemarkah –nya sebagai Referensi dalam Wacana Bahasa Indonesia dengan
Pembelajaran Struktur Kebahasaan Bahasa Indonesia di Sekolah
Implikasi pemarkah –nya sebagai
referensi dalam wacana bahasa Indonesia memang tidak secara khusus dicantumkan
di dalam kurikulum. Akan tetapi, pengkajian tentang struktur kebahasaan sama
halnya dengan pembelajaran struktur teks seperti yang tercantum dalam kurikulum
2013. Satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran, dan gagasan lengkap adalah
teks. Teks dapat berwujud teks wacana tulis maupun teks wacana lisan.
Teks dapat dibagi dalam berbagai jenis, seperti
deskripsi, penceritaan (recount), prosedur, laporan, eksplanasi,
eksposisi, diskusi, surat, iklan, catatan harian, negosiasi, pantun, dongeng,
anekdot, dan fiksi sejarah. Semua jenis teks itu dapat dikelompokkan ke dalam
teks cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Teks faktual dan teks tanggapan
merupakan teks nonsastra yang masing-masing dapat dibagi lebih lanjut menjadi
teks laporan dan teks prosedural serta teks transaksional dan teks ekspositori.
Sementara itu, teks cerita merupakan jenis teks sastra yang dapat
diklasifikasikan menjadi teks cerita naratif dan teks cerita nonnaratif.
Sesuai dengan kurikulum 2013, dalam buku siswa
kelas VII berisi delapan bab yang terdiri atas jenis teks laporan hasil
observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan teks cerita pendek.
Jenis-jenis teks itu dapat dibedakan atas dasar tujuan (yang tidak lain adalah
fungsi sosial teks), struktur teks (tata organisasi), dan ciri-ciri kebahasaan
teks-teks tersebut. Sesuai dengan prinsip tersebut, teks yang berbeda tentu
memiliki fungsi berbeda, struktur teks berbeda, dan ciri-ciri kebahasaan yang
berbeda. Dengan demikian, pembelajaran bahasa yang berbasis teks merupakan
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk menguasai dan menggunakan
jenis-jenis teks tersebut di masyarakat. (Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan
bahwa penelitian tentang perilaku pemarkah –nya
berimplikasi kepada pembelajaran struktur kebahasaan bahasa Indonesia di
sekolah. Pembelajaran struktur kebahasaan sama halnya dengan pembelajaran
struktur teks seperti yang tercantum di dalam kurikulum 2013 yang mengusung
pembelajaran berbasis teks. Pembelajaran teks yang dimaksudkan di sini adalah
teks wacana. Kajian wacana dalam bahasa Indonesia selalu berkaitan dengan
penggunaan pemarkah tertentu dan pemarkah yang sering muncul adalah pemarkah –nya. Dalam setiap teks wacana selalu
berhubungan dengan struktur kebahasaan. Maka dari itu, perilaku pemarkah –nya dalam wacana bahasa Indonesia
berimplikasi dengan pembelajaran struktur teks.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan
tentang pemarkah –nya sebagai
referensi dalam wacana bahasa Indonesia serta implikasinya dengan pembelajaran
struktur kebahasaan bahasa Indonesia di Sekolah, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1)
Pemarkah –nya sebagai referensi dalam wacana
bahasa Indonesia dapat dilihat dari dua aspek: (1) pemarkah –nya berdasarkan kategori acuannya, yang
terdiri dari: pemarkah –nya sebagai
referensi anteseden berupa kata dan pemarkah –nya sebagai referensi anteseden berupa teks. (2) Pemarkah –nya berdasarkan letak acuannya yang
terdiri dari pemarkah –nya sebagai
referensi anteseden endoforis dan pemarkah –nya
sebagai referensi anteseden eksoforis.
Pemarkah –nya sebagai referensi
anteseden berupa kata yaitu pemarkah –nya
yang acuannya berupa kata, seperti kata yang merupakan nama insan, kata yang
berkategori nomina, dan kata yang berkategori verba. Sedangkan pemarkah –nya sebagai referensi anteseden berupa
teks merupakan pemarkah –nya yang
acuannya berupa teks yang mendahuluinya.
Pemarkah –nya sebagai referensi
anteseden endoforis yaitu pemarkah –nya yang
acuannya berada di dalam teks. Pemarkah –nya
sebagai referensi anteseden endoforis, terdiri dari (1) pemarkah –nya sebagai referensi anteseden
bersifat anaforis yang meliputi: pemarkah –nya
sebagai referensi anteseden berupa nama insan yang bersifat anaforis,
pemarkah –nya sebagai referensi
anteseden nomina bersifat anaforis, dan pemarkah –nya sebagai referensi anteseden verba bersifat anaforis. (2) pemarkah –nya
sebagai referensi anteseden bersifat kataforis yang meliputi: pemarkah –nya sebagai referensi anteseden berupa
nama insan yang bersifat kataforis, pemarkah –nya sebagai referensi anteseden nomina bersifat kataforis, dan
pemarkah –nya sebagai referensi
anteseden verba bersifat kataforis.
Pemarkah –nya sebagai referensi
anteseden eksoforis, yaitu pemarkah –nya yang acuannya tidak terdapat di
dalam teks. Acuan pemarkah –nya
sebagai referensi anteseden eksofora ditentukan oleh peran konteks. Konteks
wacana merupakan teks-teks pendamping teks yang ada. Kata-kata diterangkan oleh
konteksnya maka interpretasi terhadap tuturan di dalam sebuah teks diterangkan
oleh tuturan sebelumnya.
2)
Perilaku pemarkah –nya sebagai referensi dalam wacana
bahasa Indonesia, berimplikasi terhadap pembelajaran struktur kebahasaan bahasa
Indonesia di sekolah. Pembelajaran struktur kebahasaan di dalam kurikulum 2013
sama halnya dengan pembelajaran struktur teks, yang terdiri dari jenis teks laporan hasil observasi, tanggapan deskriptif,
eksposisi, eksplanasi, dan teks cerita pendek. Pembelajaran teks yang
dimaksudkan disini adalah teks wacana. Kajian wacana dalam bahasa Indonesia
selalu berkaitan dengan penggunaan pemarkah tertentu dan pemarkah yang sering
muncul adalah pemarkah –nya. Dalam setiap
teks wacana selalu berhubungan dengan struktur kebahasaan. Maka dari itu,
perilaku pemarkah –nya dalam wacana
bahasa Indonesia berimplikasi kepada pembelajaran struktur teks.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di
atas, diharapkan penelitian ini:
1)
dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu kebahasaan dalam
pengembangan teori-teori kebahasaan, khususnya bidang wacana.
2)
dapat dijadikan bahan ajar pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
pembelajaran teks.
3)
hasil penelitian tentang perilaku pemarkah –nya dalam wacana bahasa Indonesia ini dapat dilanjutkan pada
bidang bahasa yang lain, seperti dalam bahasa daerah.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2014. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2006. Tata
Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
____________ 2007. Linguistik
Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
____________ 2008.
Morfologi Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur. Bandung : Eresco.
Fitrianty, Dian. 2012. “Analisis Referensi dalam Rubrik Tajuk
Rencana pada Surat Kabara Kompas (Kajian Wacana Bahasa Indonesia) serta
Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP”. Skripsi.
Universitas Mataram.
Haryanto, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakarta: Aksara Sinergi Media.
Kamisa. 2013. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Cahaya
Agensi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan.
Jakarta.
Lubis, A. Hamid Hasan. 1991. Ananilisis Wacana Pragmatik. Bandung : Angkasa.
Mahsun. 2013. Metode
Penelitian Bahasa (Tahapan Strategi , Metode, dan Tekniknya). Jakarta:
Rajawali Pers.
Moleong, J. Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif : Edisi Revisi. Bandung :
Rosdakarya.
Mulyono. 2012. Ihwal
Kalimat Bahasa Indonesia dan Problematika Penggunaannya. Bandung: Yrama
Widya.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Rani, Abdul dkk. 2004. Analisis Wacana (Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian). Malang:
Banyumedia Publishing.
Satori, Djama’an., Aan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sudaryanto. 1985. Metode
dan Aneka Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wijaya, I Dewa Putu., Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik (Kajian Teori dan
Analisis). Surakarta : Yuma Pustaka.
Yasin, Sulchan. 1988. Tinjauan
Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya : Usaha Nasional.
Jumpri Malino. Teknik
Pengajaran Kebahasaan. (daring): http://juprimalino.blogspot.com/2011/12/teknik-pengajaran-kebahasaan-belajar.html. Diakses tanggal 27 Maret 2014.
Luay Zahirul
Ginting. First Love Andina Rasty. (daring): http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/first-love-andina-rasty.html. diakses tanggal 21 Juli 2014.
Tulisan Terkini. Kata
Ganti atau Pronomina. (daring): http://tulisanterkini.com/artikel/bahasa/2382-kata-ganti-atau-pronomina.html. Diakses
tanggal 1 November 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar